PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Dalam
aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari
kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun
di dalam suatu kelompok tertentu, di pahami ataupun tidak di pahami,
sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari- hari kita
merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang
dan waktu dimana manusia dapat melaksanakan, dan itu berarti pula bahwa belajar
tidak dibatasi usia, tempat maupun waktu. Karena perubahan yang menuntut
terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Pendidikan menurut Undang-undang No.
20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang
akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Apakah yang
dimaksud belajar?
2. Bagaimanakah
Hakikat belajar?
3. Bagaimanakah
ciri-ciri dan jenis-jenis belajar?
4. Apa saja
faktor yang mempengaruhi belajar?
5. Adakah ayat
al-qur’an yang berkaitan dengan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan tidak hanya mengenai
sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai segala aspek organisme
atau pribadi seseorang.[1]
Pada
dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif
dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri
dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar,
dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :
1.
Tahap acquisition, yaitu
tahapan perolehan informasi;
2.
Tahap storage, yaitu tahapan
penyimpanan informasi;
Defenisi lain sebagaimana yang
dikemukakan oleh Lismawati, “Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan
perubahan dalam tingkah laku atau kecakapan manusia, yang bukan disebabkan oleh
proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis”. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam
proses belajar itu akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
meliputi pengamatan, perasaan, dan sebagaimana yang bukan disebabkan oleh pengaruh
pertumbuhan.[3]
Sedangkan menurut Rohmalina Wahab, belajar
adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar
dan sebelum belajar.[4]
Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu
belajar . Di antaranya adalah definisi yang diungkapkan oleh :
a. Hilgard dan Bower, bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan.
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).”
b. Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah
ia mengalami situasi tadi.”
c. Morgan, dalam bukunya Introduction to Psykology (1978) mengemukakan:
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif rmenetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d. Witherington, dalam buku Educational Psykology mengemukakan “Belajar adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau
suatu pengertian“.[5]
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya mengumpulkan sejumlah ilmu
pengetahuan, melainkan lebih dari itu, karena berhubungan dengan pembentukan
sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan, sehingga siswa yang belajar dapat
mengadakan reaksi dengan lingkungannya secara intelektual, menyesuaikan diri
untuk menuju kearah kemajuan dalam melakukan perbaikan tingkah laku sebagai
hasil belajar, belajar membawa perubahan baik aktual
maupun potensial, perubahan itu didapatkan dari kecakapan baru, perubahan itu
terjadi karena usaha (dengan sengaja).
B. Hakikat
Belajar
Secara umum istilah belajar dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku.
Dengan pengertian demikian, maka belajar dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik
berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses belajar
adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain
bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda
dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu
memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.[6]
Berangkat dari pengertian tersebut,
maka dapat dipahami bahwa belajar membutuhkan hubungan dialogis yang
sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada
proses belajar oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching). Konsep seperti
ini membawa konsekuensi kepada fokus belajar yang lebih ditekankan pada
keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh
mana tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.[7]
Keaktifan peserta didik ini
tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila
hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang
aktif, maka kemungkinan besar tujuan belajar tidak tercapai. Ini sama halnya
dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan
perubahan di dalam dirinya.[8]
Belajar
pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha sadar
pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan
belajar peserta didik.[9]
Fungsi-fungsi belajar yaitu sebagai berikut:
1.
Belajar sebagai sistem
Belajar
sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan belajar, materi belajar, strategi dan metode belajar, media belajar/alat
peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi belajar, dan tindak lanjut belajar
(remedial dan pengayaan).
2.
Belajar
sebagai proses
Belajar sebagai proses merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
a.
Persiapan,
merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan
persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau
media cetak lainnya.
b.
Melaksanakan kegiatan belajar
dengan mengacu pada persiapan belajar yang telah dibuatnya. Banyak
dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode belajar yang telah
dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru,
persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
c.
Menindaklanjuti belajar yang
telah dikelolanya. Kegiatan pasca belajar ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan),
dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan
belajar.
Ciri-ciri
belajar sebagai berikut :
1)
Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2)
Belajar harus membuat siswa belajar.
3)
Tujuan harus ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4)
Pelaksanaannya terkendali, baik
isinya, waktu, proses maupun hasil.[10]
C. Ciri-ciri dan Jenis Belajar
1. Ciri-ciri Belajar
Belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan
bahan belajar.[11] Adapun ciri-ciri dalam belajar antara lain:
a.
Aktifitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam
diri seseorang baik secara aktual dan potensial. Baik dapat diamati secara
langsung ataupun tidak dapat diamati secara langsung.
b.
Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan
yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama. Kemampuan ini akan tumbuh
dan berkembang secara bertahap, tidak dapat bersamaan secara begitu saja. Dalam
suatu perubahan selalu terdapat serangkaian proses.
c.
Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri
setiap individu. Artinya, tidak ada suatu perubahan yang instant. Misalnya,
untuk dapat mengendarai sepeda, seseorang harus selalu berusaha meskipun sering
jatuh dari sepeda atau menabrak pagar.[12]
2. Jenis-jenis Belajar
Dalam
peroses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keanekaragaman jenis belajar ini
muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
Sebagaimana
Genre berpendirian bahwa memang belajar dipengaruhi oleh 2 hal yakni variabel
dalam diri dan di luar diri individu yang saling berinterakis. Dengan pandangan
elitnya itu, genre merinci proses belajar menjadi delapan jenis belajar, yaitu:
a.
Signal learning atau belajar isyarat
Belajar
isyarat adalah belajar yang dimulai dengan mengenal adanya isyarat, tanda atau
petunjuk yang mengimplikasikan pada proses perubahan perilaku, misalnya
berhenti bicara karena mendapat isyarat telunjuk mulut sebagai tanda tidak
boleh ribut, berhenti mengendarai sepeda motor diperempatan jalan saat lampu
merah menyala.
b.
Stimulus-response learning atau
belajar stimulus respon
Belajar
stimulus respon adalah proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh
terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dengan respon atau jawaban
atas stimulus,misalnya timbul selera makan karena mencium bau sate, melakukan
perbuatan karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong
di belakang.
c.
Chaining learning belajar rangkaian
Belajar
rangkaian adalah terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus-respon,
sehingga melahirkan perilaku segera atau spontan seperti konsepsi merah-putih,
panas-dingin, ibu-bapak, kaya-miskin.
d.
Verbal association learning atau
belajar asosiasi verbal
Belajar
asosiasi verbal adalah proses memahami perbuatan (konsep, prinsip, benda,
situasi dan lain-lain) melalui proses penyerupaan hal itu dengan suatu benda
(verbal). Misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api itu nampak
seperti keluang (kaki seribu) atau wajahnya seperti bulan kesiangan
e.
Discrimination learning atau belajar
perbedaan atau deskriminasi
Belajar
deskriminasi adalah belajar memahami sesuatu hal dengan cara melihat perbedaan
karakteristik yang dimiliki oleh objek belajar. misalnya membedakan jenis
tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempatnya, dan negara
menurut tingkat kemajuan.
f.
Concept learning atau belajar konsep
Belajar
konsep adalah aktivitas individu dalam memahami suatu benda, proses, gejala,
aturan, pengalaman melalui proses mengenal ciri-cirinya, contoh, dan sifat dari
ciri-ciri itu. Pemahaman tersebut selanjutnya dapay digunakan oleh individu
dalam memahami hal-hal yang sama yang lebih luas, lebih banyak; misalnya
pemahaman terhadap manusia adalah termasuk makhluk khidup dengan cara melihat contoh dan ciri-ciri manusia
dibandingkan dengan non manusia, misal binatang atau tumbuh-tumbuhan. Nampaknya
belajar konsep merupakan peningkatan dari belajar deskriminasi.
g.
Rule learning atau belajar hukum
atau aturan
Belajar
hukum adalah belajar membangun prinsip atau aturan dengan menggunakan
serangkaian fakta, data, peristiwa, dan pengalaman yang telah diketahui atau dialami
sebelumnya. Aturan yang dibangun itu berupa kesimpulan yang berlaku umum dan
karenanya dapat diterapkan pada situasi yang sama yang jangkauan dan cakupannya lebih luas. Misalnya
ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat dipengaruhi
oleh tempat kedudukan geografis dan astronomi di muka bumi, harga dipengaruhi
oleh penawaran dan permintaan.
h.
Problem Solving Learning atau
Belajar pemecahan masalah
Belajar
pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah
atau berfikir secara sistematis, logis dan
teratur.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Nyayu (2014), faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1.
Faktor- faktor yang berasal dari
dalam diri pembelajar, yang meliputi:
a.
Faktor-faktor fisiologis
b.
Faktor-faktor psikologis
2.
Faktor-faktor yang berasal dalam
diri pembelajar
a.
Faktor-faktor sosial
b.
Faktor-faktor non sosial
Faktor-faktor fisiologis yang
mempengaruhi belajar mencakup dua hal, yaitu:
1.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya.
Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada kesiapan dan aktivitas belajar. Orang
yang keadaan jasmaninya segar akan siap dan aktif dalam belajarnya, sebaiknya
orang yang keadaan jasmaninya lesu dan lelah akan mengalami kesulitan untuk
menyiapkan diri dan melakukan aktivitas untuk belajar.
2.
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, terutama kesehatan
pancaindra akan mempengaruhi belajar. Pancaindra merupakan alat untuk belajar.
Karenanya, berfungsinya indra dengan baik merupakan syarat untuk dapatnya
belajar itu dengan dengan baik.[13]
Faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar antara lain mencakup:
1.
Minat, adanya terhadap objek yang
dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil
belajar yang maksimal. Karena komponen psikis yang berperan mendorong seseorang
untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia melakukan kegiatan
berkisar objek yang diamati.
2.
Motivasi, motivasi seseorang akan menentukan
hasil belajar yang dicapainya. Bahkan dua orang yang sama-sama menunjukkan perilaku
belajar yang sama, namun memiliki motivasi belajar yangberbeda akan mendapat
hasil belajar yang relatif berbeda.
3.
Intrelegensi, merupakan modal utama
dalam melakukan aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Orang berintelegensi rendah tidak mungkin mencapai hasil belajar yang melebihi
orang yang berintelegensi tinggi.
4.
Memori, kemampuan untuk merekam,
menyimpan dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari dan sangat
membantru dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik
5.
Emosi, penelitian tentang otak
menunjukkan bahwa emosi yang positif sangat membantu kerja saraf otak untuk
“merekatkan” apa yang dipelajari di dalam memori.[14]
E. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Belajar
1. Surat
Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ
الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ
ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang
paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahui.
Pada ayat diatas
menerangkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian
memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberikannya pengetahuan.
Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri
nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya
merasa serba cukup.
2. Surat Thoha
ayat 114:
وَقُل رَّبِّ
زِدْنِي عِلْمًا
Artinya :”Dan katakanlah (olehmu
muhammad),”ya tuhanku, tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan.”
Dari ayat diatas menerangkan bahwa
Nabi Muhammad Saw. berdoa kepada Allah Swt. agar bisa memberikan ilmu
pengetahuan yang luas, supaya ia bisa mengajarkan ilmu pengetahuannya kepada
umatnya dan jika sudah memiliki pengetahuan yang banyak , agar selalu berdoa
kepada Allah Swt. dan selalu bersyukur bahwa ilmu tersebut datangnya dari Allah
Swt.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar bukan hanya mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan, melainkan lebih
dari itu, karena berhubungan dengan pembentukan sikap, nilai, keterampilan dan
pengetahuan, sehingga siswa yang belajar dapat mengadakan reaksi dengan
lingkungannya secara intelektual, menyesuaikan diri untuk menuju kearah
kemajuan dalam melakukan perbaikan tingkah laku sebagai hasil belajar, belajar membawa perubahan baik aktual maupun potensial, perubahan itu didapatkan
dari kecakapan baru, perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
yaitu:
1. Faktor-
faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi:
a.
Faktor-faktor fisiologis
b.
Faktor-faktor psikologis
2. Faktor-faktor
yang berasal dalam diri pembelajar
a.
Faktor-faktor sosial
b.
Faktor-faktor non sosial
DAFTAR PUSTAKA
Darsono.
2000. Belajar dan Pembelajara. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Purwanto, Ngalim . 2007. Psikology
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suryosubroto. 1997. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi
Pelajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi
Belajar. Palembang: Grafika Telindo
Press.
Widya, Lisnawaty. 2006. Evaluasi Belajar Mengajar
Jakarta: Mutiara Permata.
[1]
Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005) hal.
35.
[2] Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003) hal 40.
[4] Rohmalina Wahab, Psikologi
Belajar, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014) hal. 20.
[6] Darsono, Belajar dan Pembelajaran,
(Semarang: IKIP Semarang Press. 2000) hal. 24.
[8] Darsono, op.cit., hal. 30
[10] Ibid.
[12] Darsono, op.cit., hal. 58
[13] Nyayu Khodijah, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2014) hal. 58.
[14] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar