Senin, 22 Juni 2015

makalah psikologi belajar

BAB I
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang
 Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu, di pahami ataupun tidak di pahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari- hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat melaksanakan, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak dibatasi usia, tempat maupun waktu. Karena perubahan yang  menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
      Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
            Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1.      Apakah yang dimaksud belajar?
2.      Bagaimanakah Hakikat belajar?
3.      Bagaimanakah ciri-ciri dan jenis-jenis belajar?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar?
5.      Adakah ayat al-qur’an yang berkaitan dengan belajar?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
   Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan. Perubahan tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.[1]
       Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :
1.     Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
2.     Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
3.     Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi[2]
      Defenisi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Lismawati, “Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam tingkah laku atau kecakapan manusia, yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis”. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam proses belajar itu akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang meliputi pengamatan, perasaan, dan sebagaimana yang bukan disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan.[3]
     Sedangkan menurut Rohmalina Wahab, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.[4]
       Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu belajar . Di antaranya adalah definisi yang diungkapkan oleh :
       a.       Hilgard dan Bower, bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).”
b.      Gagne, dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c.       Morgan, dalam bukunya Introduction to Psykology (1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif rmenetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d.      Witherington, dalam buku Educational Psykology mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian“.[5]
   Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu, karena berhubungan dengan pembentukan sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan, sehingga siswa yang belajar dapat mengadakan reaksi dengan lingkungannya secara intelektual, menyesuaikan diri untuk menuju kearah kemajuan dalam melakukan perbaikan tingkah laku sebagai hasil belajar,      belajar membawa perubahan baik aktual maupun potensial, perubahan itu didapatkan dari kecakapan baru, perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

B. Hakikat Belajar
    Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka belajar dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses belajar adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.[6]
    Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa belajar membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses belajar oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus belajar yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.[7]
     Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan belajar tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.[8]
         Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Belajar juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.[9]
Fungsi-fungsi belajar yaitu sebagai berikut:
1.      Belajar sebagai sistem
           Belajar sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan belajar, materi belajar, strategi dan metode belajar, media belajar/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi belajar, dan tindak lanjut belajar (remedial dan pengayaan).
2.      Belajar sebagai proses
          Belajar sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
a.       Persiapan, merencanakan program pengajaran  tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan  penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku  atau media cetak lainnya.
b.      Melaksanakan kegiatan belajar  dengan mengacu pada persiapan belajar  yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode belajar yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
c.       Menindaklanjuti belajar  yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca belajar ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.
       Ciri-ciri belajar sebagai berikut :
1)      Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2)      Belajar harus membuat siswa belajar.
3)      Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
4)      Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil.[10]

C. Ciri-ciri dan Jenis Belajar
1. Ciri-ciri Belajar
            Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan  bahan belajar.[11] Adapun ciri-ciri dalam belajar antara lain:
a.   Aktifitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang baik secara aktual dan potensial. Baik dapat diamati secara langsung ataupun tidak dapat diamati secara langsung.
b.   Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama. Kemampuan ini akan tumbuh dan berkembang secara bertahap, tidak dapat bersamaan secara begitu saja. Dalam suatu perubahan selalu terdapat serangkaian proses.
c.   Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu. Artinya, tidak ada suatu perubahan yang instant. Misalnya, untuk dapat mengendarai sepeda, seseorang harus selalu berusaha meskipun sering jatuh dari sepeda atau menabrak pagar.[12]
2. Jenis-jenis Belajar
            Dalam peroses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang  juga bermacam-macam.
           Sebagaimana Genre berpendirian bahwa memang belajar dipengaruhi oleh 2 hal yakni variabel dalam diri dan di luar diri individu yang saling berinterakis. Dengan pandangan elitnya itu, genre merinci proses belajar menjadi delapan jenis belajar, yaitu:
a.       Signal learning atau belajar isyarat
           Belajar isyarat adalah belajar yang dimulai dengan mengenal adanya isyarat, tanda atau petunjuk yang mengimplikasikan pada proses perubahan perilaku, misalnya berhenti bicara karena mendapat isyarat telunjuk mulut sebagai tanda tidak boleh ribut, berhenti mengendarai sepeda motor diperempatan jalan saat lampu merah menyala.
b.      Stimulus-response learning atau belajar stimulus respon
         Belajar stimulus respon adalah proses perubahan perilaku yang dihasilkan oleh terciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dengan respon atau jawaban atas stimulus,misalnya timbul selera makan karena mencium bau sate, melakukan perbuatan karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing menggonggong di belakang.
c.       Chaining learning belajar rangkaian
         Belajar rangkaian adalah terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus-respon, sehingga melahirkan perilaku segera atau spontan seperti konsepsi merah-putih, panas-dingin, ibu-bapak, kaya-miskin.
d.      Verbal association learning atau belajar asosiasi verbal
         Belajar asosiasi verbal adalah proses memahami perbuatan (konsep, prinsip, benda, situasi dan lain-lain) melalui proses penyerupaan hal itu dengan suatu benda (verbal). Misalnya perahu itu seperti badan itik atau kereta api itu nampak seperti keluang (kaki seribu) atau wajahnya seperti bulan kesiangan
e.       Discrimination learning atau belajar perbedaan atau deskriminasi
           Belajar deskriminasi adalah belajar memahami sesuatu hal dengan cara melihat perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh objek belajar. misalnya membedakan jenis tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempatnya, dan negara menurut tingkat kemajuan.
f.       Concept learning atau belajar konsep
         Belajar konsep adalah aktivitas individu dalam memahami suatu benda, proses, gejala, aturan, pengalaman melalui proses mengenal ciri-cirinya, contoh, dan sifat dari ciri-ciri itu. Pemahaman tersebut selanjutnya dapay digunakan oleh individu dalam memahami hal-hal yang sama yang lebih luas, lebih banyak; misalnya pemahaman terhadap manusia adalah termasuk makhluk khidup dengan  cara melihat contoh dan ciri-ciri manusia dibandingkan dengan non manusia, misal binatang atau tumbuh-tumbuhan. Nampaknya belajar konsep merupakan peningkatan dari belajar deskriminasi.
g.      Rule learning atau belajar hukum atau aturan
           Belajar hukum adalah belajar membangun prinsip atau aturan dengan menggunakan serangkaian fakta, data, peristiwa, dan pengalaman yang telah diketahui atau dialami sebelumnya. Aturan yang dibangun itu berupa kesimpulan yang berlaku umum dan karenanya dapat diterapkan pada situasi yang sama yang  jangkauan dan cakupannya lebih luas. Misalnya ditemukan bahwa benda memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat dipengaruhi oleh tempat kedudukan geografis dan astronomi di muka bumi, harga dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.
h.      Problem Solving Learning atau Belajar pemecahan masalah
          Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis dan  teratur.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
  Menurut Nyayu (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1.      Faktor- faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi:
a.       Faktor-faktor fisiologis
b.      Faktor-faktor psikologis
2.      Faktor-faktor yang berasal dalam diri pembelajar
a.       Faktor-faktor sosial
b.      Faktor-faktor non sosial
      Faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi belajar mencakup dua hal, yaitu:
1.      Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani berpengaruh pada kesiapan dan aktivitas belajar. Orang yang keadaan jasmaninya segar akan siap dan aktif dalam belajarnya, sebaiknya orang yang keadaan jasmaninya lesu dan lelah akan mengalami kesulitan untuk menyiapkan diri dan melakukan aktivitas untuk belajar.
2.      Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, terutama kesehatan pancaindra akan mempengaruhi belajar. Pancaindra merupakan alat untuk belajar. Karenanya, berfungsinya indra dengan baik merupakan syarat untuk dapatnya belajar itu dengan dengan baik.[13]
   Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain mencakup:
1.      Minat, adanya terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Karena komponen psikis yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diamati.
2.      Motivasi, motivasi seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Bahkan dua orang yang sama-sama menunjukkan perilaku belajar yang sama, namun memiliki motivasi belajar yangberbeda akan mendapat hasil belajar yang relatif berbeda.
3.      Intrelegensi, merupakan modal utama dalam melakukan aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Orang berintelegensi rendah tidak mungkin mencapai hasil belajar yang melebihi orang yang berintelegensi tinggi.
4.      Memori, kemampuan untuk merekam, menyimpan dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari dan sangat membantru dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik
5.      Emosi, penelitian tentang otak menunjukkan bahwa emosi yang positif sangat membantu kerja saraf otak untuk “merekatkan” apa yang dipelajari di dalam memori.[14]

      E. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Belajar
1.      Surat Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.
              Pada ayat diatas menerangkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia dari benda yang hina kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberikannya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan dia bertindak melampaui batas karena melihat dirinya merasa serba cukup.
             2.      Surat Thoha ayat 114:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا
Artinya :”Dan katakanlah (olehmu muhammad),”ya tuhanku, tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan.”
Dari ayat diatas menerangkan bahwa Nabi Muhammad Saw. berdoa kepada Allah Swt. agar bisa memberikan ilmu pengetahuan yang luas, supaya ia bisa mengajarkan ilmu pengetahuannya kepada umatnya dan jika sudah memiliki pengetahuan yang banyak , agar selalu berdoa kepada Allah Swt. dan selalu bersyukur bahwa ilmu tersebut datangnya dari Allah Swt.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Belajar bukan hanya mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu, karena berhubungan dengan pembentukan sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan, sehingga siswa yang belajar dapat mengadakan reaksi dengan lingkungannya secara intelektual, menyesuaikan diri untuk menuju kearah kemajuan dalam melakukan perbaikan tingkah laku sebagai hasil belajar, belajar membawa perubahan baik aktual maupun potensial, perubahan itu didapatkan dari kecakapan baru, perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
             1.      Faktor- faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi:
a.       Faktor-faktor fisiologis
b.      Faktor-faktor psikologis
            2.      Faktor-faktor yang berasal dalam diri pembelajar
a.       Faktor-faktor sosial
b.      Faktor-faktor non sosial





DAFTAR PUSTAKA

Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajara. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Purwanto, Ngalim . 2007. Psikology Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo  Persada.
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar  Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pelajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi Belajar.  Palembang: Grafika Telindo Press.
Widya, Lisnawaty. 2006. Evaluasi Belajar Mengajar Jakarta: Mutiara Permata.






[1] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005) hal. 35.
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003) hal 40.
[3] Widya Lisnawaty, Evaluasi Belajar Mengajar, Jakarta: Mutiara Permata. 2006) hal. 30.
[4] Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014) hal. 20.
[5] Ngalim Purwanto , Psikology Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2007) hal. 107.
[6] Darsono, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press. 2000) hal. 24.
[7] Suryosubroto, Proses Belajar  Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta. 1997) hal. 34.
[8] Darsono, op.cit., hal. 30
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Muhibbin Syah, op.cit., hal. 60.
[12] Darsono, op.cit., hal. 58
[13] Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2014) hal. 58.
[14] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar