Senin, 22 Juni 2015

makalah kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar

BAB I
PENDAHULUAN
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya,

dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

Tujuan umum dilakukannya pengkajian ini adalah memberikan masukan kebijakan kepada para pengambil keputusan kebijakan (decision makers) dan pengelola satuan pendidikan mengenai gambaran lapangan tentang penguasaan guru atas kompetensi pedagogik dan professional, serta kondisi yang mempengaruhi tercapai dan terlaksananya kompetensi tersebut.
Masukan tersebut diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai bahan untuk dikembangkan atau dimantapkan lebih lanjut. Kerangka berpikir yang digunakan adalah bahwa penjabaran kompetensi guru yang bertolak dari ketentuan perundangan yang ada (termasuk Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang relevan) perlu diperkaya dengan kajian konseptual dan empirik, mengingat bahwa mengenai mutu pendidikan merupakan kepedulian global. Kecuali itu dipegang prinsip bahwa kompetensi guru itu perlu dibuktikan dengan penerapannya di lapangan, sehingga pernyataan tentang telah atau belum dikuasainya kompetensi tertentu harus diuji dengan hasil pengamatan kegiatan guru.


BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Guru
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi semua muridnya.
Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya  dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
      1.      Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
   2.      Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
     3.      Menurut Keputusan Men.Pan  Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.
     4.      Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

      B.     Kemampuan yang Harus dimiliki Seorang Guru Proffesional
Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yag diharapkan.Perilaku yang rasional merupakan wujud dari kemampuan seseorang.Berarti orang yang memiliki suatu keampuan adalah benar-benar orang yang mempunyai keahlian dibidangnya atau dikenal dengan istilah “profesional”
            Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global,karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi,melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.Guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa,memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran.Oleh karena itu seorang guru dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran,antara lain :
     1.      Kemampuan menguasai bahan ajar
     2.      Kemampuan dalam mengelola kelas
     3.      Kemampuan dalam menggunakan metode,media dan sumber belajar
     4.      Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.
            Sebagaimana yang dikutip oleh Dedi Supriadi (1998) dalam Jurnal Manajemen Pendidikan memaparkan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut memiliki 5 hal :
      1.      Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
     2.      Guru menguasai secara mendalam materi pelajaran yag diajarkannya serta cara membelajarkannya kepada para siswa.
     3.      Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
      4.      Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
     5.      Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
            Disamping itu, guru hendaknya juga memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi. Prinsip motivasi agar siswa senang berada dalam lingkungan belajar, sehingga terbangun kondisi psikis kemampuan diri yang membawa kepuasan belajar dan mengacu pada percaya diri untuk menjadi mandiri dan secara bertanggung jawab dalam mengambil keputusannya sendiri ( Conny Semiawan, 2002).
Menurut Muhibbin Syah (2004) ada sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran,yaitu :
      1.      Menguasai bahan yang meliputi :
            a.       Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
            b.      Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi.
      2.      Mengelola program belajar mengajar yang meliputi :
            a.       Merumuskan tujuan instruksional
            b.      Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
            c.       Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat
            d.      Melaksanakan program belajar mengajar
            e.       Mengenal kemampuan siswa
            f.       Merencanakan dan melaksanakan remedial
      3.      Mengelola kelas, meliputi :
            a.       Mengatur tata ruang kelas
            b.      Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
      4.      Menggunakan media atau sumber belajar yag meliputi :
            a.       Mengenal, memilih dan menggunakan media
            b.      Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
            c.       Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar
            d.      Mengembangkat laboratorium
            e.       Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
            f.       Menggunakan micro teaching unit dalam program pengalaman lapangan
      5.      Menguasai landasan-landasan kependidikan
      6.      Mengelola interaksi belajar mengajar
      7.      Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
      8.      Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan,meliputi:
            a.       Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah.
            b.      Menyelenggarakan program layaan dan bimbingan di sekolah.
      9.      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah meliputi :
            a.       Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
            b.      Menyelenggarakan administrasi sekolah
      10.  Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.
            Jika disederhanakan penulis menyimpulkan,minimal 2 kemampuan yang harus dimiliki serta dikuasai oleh seorang guru agar pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan bermakna yaitu :
      1.      Menguasai Materi Pembelajaran.
            Materi Pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.
            Ada dua persoalan dalam penguasaan materi pelajaran yakni penguasaan materi pelajaran pokok dan materi pelajaran pelengkap.Materi pelajaran pokok adalahmateri pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin ilmunya).Sedangkan materi pelajaran pelengkap atau petunjang adalah materi pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam membelajarkan dapat menunjang penyampaian materi pelajaran pokok.
            Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan materi pelajaran yaitu :
      a.       Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan pembelajaran
    b.      Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa secara umumnya
      c.       Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
     d.      Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat factual maupun konseptual (Ibrahim dan Nana Syaodih 2003 )
      2.      Menguasai Ilmu Mendidik
      Beberapa hal yang termasuk dalam kawasan ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang guru,berikut ini :
      a.       Ilmu tentang dasar-dasar pendidikan
      b.      Ilmu tentang metode pembelajaran
      c.       Ilmu tentang media
      d.      Ilmu mengelola kelas
      e.       Ilmu manajemen waktu
      f.       Ilmu tentang karakteristik siswa
      g.      Ilmu tentang evaluasi
      h.      Ilmu-ilmu lain yang mendukung guru dalam mewujudkan tugas profesinya.
            Apabila syarat-syarat profesionalisme guru diatas terpenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis.Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan,guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, innovator, konselor, evaluator dan administrator ( Soewondo, 1972 dan Arifin, 2000)

      C.    Pengertian Bahan Ajar
            Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
            Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan.  
            Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA  pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning.
            Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif. 
Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu: Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach (Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot).
            Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
            Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
    1.      Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
    2.      Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
      3.      Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
            Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.  Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.   (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
            Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte).  Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung).  Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.
            Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.  
            Sebuah bahan ajar paling tidak  mencakup antara lain :
      a.       Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
      b.      Kompetensi yang akan dicapai
      c.       Content atau isi  materi pembelajaran
      d.      Informasi pendukung
      e.       Latihan-latihan
      f.       Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
      g.      Evaluasi
      h.      Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

      D.    Guru Perlu Mengembangkan Bahan Ajar
            Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,  karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.
            Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
            Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
            Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

      E.     Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
      1.      Tujuan
            Bahan ajar disusun dengan tujuan:
    a.       Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
    b.      Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
      c.       Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

      2.      Manfaat
            Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
            Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
            Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.  Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.  Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
      
      F.     Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
            Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
     1.      Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak
            Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
      2.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman
            Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
      3.      Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
            Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
      4.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
            Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
    5.      Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
            Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
      6.      Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
            Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

      G.    Jenis Bahan Ajar
            Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.  Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti  video compact disk, film.  Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)  seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Selanjutnya pada makalah ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak.
      1.      Bahan Ajar Cetak (Printed)
            Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.  Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
      a.       Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
      b.      Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit 
      c.       Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
      d.      Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
      e.       Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
    f.       Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
     g.      Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
     h.      Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
            Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
      a.       Handout
            Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.  Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
            Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.  Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku. 
      b.      Buku
            Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.   Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book  is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened  together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan  buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
            Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.  Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
      c.       Modul
            Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
      1)      Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
      2)      Kompetensi yang akan dicapai
      3)      Content atau isi materi
      4)      Informasi pendukung
      5)      Latihan-latihan
      6)      Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
     7)       Evaluasi
      8)      Balikan terhadap hasil evaluasi
            Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.  Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
      d.      Lembar kegiatan siswa
            Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.  Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.  Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.  Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.  Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.   Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa  teoritis dan atau tugas-tugas praktis.   Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.  Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.  Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. 
            Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
      e.       Brosur
            Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).   Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja.  Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
      f.       Leaflet
            A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.  Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.   Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. 
      g.      Wallchart
            Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau  grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.  Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.  Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai  contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
      h.      Foto/Gambar
            Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. 
            Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%.  Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
            Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
·         Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
·         Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
·         Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa. 
      
      H.    Kriteria dan Sumber Bahan Ajar
      1.      Kriteria materi Pelajaran

            Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan. 
Kriteria materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem intruksional dan yang mendasari penentuan startegi belajar mengajar:
      a.       Kriteria tujuan instruksional
            Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
      b.      Materi pelajaran supaya terjabar
            Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.
      c.       Relavan dengan kebutuhan siswa
            Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan.
      d.      Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
            Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri.
      e.       Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya memepertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.
      f.       Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis
            Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa.
      g.      Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli dan masyarakat
            Ketika faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber yang baku pada umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang adalah guru itu sendiri.
      2.      Sumber Bahan Ajar
            Dalam pembelajaran konvensional sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pelajaran. Namun selain buku teks, guru seharusnya memanfaatkan berbagai sumber belajar yang lain. sumber materi pelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
      a.       Tempat atau lingkungan
            Lingkungan merupakan sumber yang sangat kaya sesuai dengan tuntunan kurikulum. Ada dua bentuk lingkungan belajar, pertama, lingkungan atau tempat yang sengaja di desain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internat, dan lain sebagainya. Kedua, lingkungan yang tidak di desain untuk proses pembelajaran tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan misalnya halaman sekolah, taman sekolah, kantin, kamar mandi, mushola atau masjid, dan lain sebagainya. Kedua bentuk lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap guru karena memang selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari materi pembelajaran, juga dapat secara langsung dijadikan tempat belajar siswa.   
      b.      Orang atau nara sumber
            Pengetahuan itu tidak statis akan tetapi bersifat dinamis yang terus berkembang secara cepat oleh karena itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Oleh karena itu, untuk mempelajari konsep-konsep baru guru dapat menggunakan orang-orang yang lebih menguasai persoalan misalnya dokter, polisi dan sebagainya.
     c.       Objek
            Objek atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu.
      d.      Bahan cetak dan non cetak
            Bahan cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Sedangkan bahan ajar non cetak adalah informasi sebagai  materi pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video, komputer, CD, dll.

     I.       Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetnsi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar (Ghafur, 1986).
          Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi hal-hal sebagai berikut:
      1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
          Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasikan aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu pencapaiannya (Ghafur, 1987).
      2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
          Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Reigeluth, 1987).
      3.      Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
          Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan system evaluasi atau penilaian yang berbeda-beda.
          Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
          Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konse, prinsip, prosedur, aspek sikap atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
          Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta” .
     a.       Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untu menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “konsep” .
     b.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “prosedur” .
    c.       Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
     d.      Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka atau tidak suka, indah atau tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai
     e.       Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.

      J.  Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar
          Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu:
      1. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
          Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya:
a.  Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
b. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
c.  Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
d. Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes,
e.  Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
f.  Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
      2. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
          Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
a.  Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
b. Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
c.  Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
d. Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Proses belajar yang efektif adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan  sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam rencana pembelajaran. Prosesnya tersebut adalah menjalakan serangkaian komponen-komponen pembelajaran dari mulai tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Proses pembelajaran adalah proses mengkondisikan dimana siswa dapat belajar dan memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Pengalaman belajar berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Dengan demikian untuk memperoleh pengalaman belajar tersebut, maka seorang tenaga pendidik perlu merancang bahan pembelajaran yang efektif agar siswa memiliki pengalaman belajar yang diharapkan.
Bahan pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian kompetensi yang diinginkan.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Jenis-jenis Bahan Ajar atau media pembelajarannya dibagi menjadi empat, yaitu: Bahan ajar cetak (printed), Bahan ajar dengar (audio), Bahan ajar pandang dengar (audio visual), Bahan ajar interaktif (interactive teaching material).
Kriteria materi pembelajaran terbagi menjadi tujuh, yaitu: Kriteria tujuan instruksional, Materi pelajaran supaya terjabar, Relavan dengan kebutuhan siswa, Kesesuaian dengan kondisi masyarakat, Materi pelajaran mengandung segi-segi etik, Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis, Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli dan masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Belawati, Tian. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Ditjen Manajemen Dikdasmen.
Depdiknas. 2006. Pedoman pemilihan bahan ajar.
Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinneka Cipta.
Gafur, A. 2004. Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional Material). Jakarta:                       Depdiknas.
Harjanto. 2005. Perencanaan Pembelajran. Jakarta: Rineka Cipta.

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset. 
Muhaimin, dkk. 2009. Pengembangan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada                  Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja wali press.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 
Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group.
Panen. 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Sadiman, Arief Sukadi dkk. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:                           Mediyatama Sarana Perkasa.
Sanjaya, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sungkono, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.
Zain, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 

1 komentar: