BAB I
PENDAHULUAN
Peranan guru
sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu
guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan sebaik-baiknya,
dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru
mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang
pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4
menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru
wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah
kompetensi.
Tujuan umum
dilakukannya pengkajian ini adalah memberikan masukan kebijakan kepada para
pengambil keputusan kebijakan (decision makers) dan pengelola satuan pendidikan
mengenai gambaran lapangan tentang penguasaan guru atas kompetensi pedagogik
dan professional, serta kondisi yang mempengaruhi tercapai dan terlaksananya
kompetensi tersebut.
Masukan
tersebut diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai bahan untuk dikembangkan atau
dimantapkan lebih lanjut. Kerangka berpikir yang digunakan adalah bahwa
penjabaran kompetensi guru yang bertolak dari ketentuan perundangan yang ada
(termasuk Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang relevan) perlu diperkaya
dengan kajian konseptual dan empirik, mengingat bahwa mengenai mutu pendidikan
merupakan kepedulian global. Kecuali itu dipegang prinsip bahwa kompetensi guru
itu perlu dibuktikan dengan penerapannya di lapangan, sehingga pernyataan
tentang telah atau belum dikuasainya kompetensi tertentu harus diuji dengan
hasil pengamatan kegiatan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Guru
Guru dalam
bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh
semua murid dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang
disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh
semua murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri teladan
(panutan) bagi semua muridnya.
Secara
tradisional guru adalah seorang yang berdiri didepan kelas untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan.
Guru sebagai
pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan
berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat
belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya
saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik
dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
1.
Menurut Noor Jamaluddin (1978:
1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial
dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
2.
Menurut Peraturan Pemerintah
Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri.
3.
Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah.
4.
Menurut Undang-undang
No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
B.
Kemampuan
yang Harus dimiliki Seorang Guru Proffesional
Kemampuan
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai kondisi yag diharapkan.Perilaku yang rasional merupakan wujud dari
kemampuan seseorang.Berarti orang yang memiliki suatu keampuan adalah
benar-benar orang yang mempunyai keahlian dibidangnya atau dikenal dengan
istilah “profesional”
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global,karena
guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan
dan teknologi,melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam
era hiperkompetisi.Guru sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan siswa,memiliki peranan penting dalam menentukan
arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran.Oleh karena itu seorang guru
dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
proses pembelajaran,antara lain :
1.
Kemampuan menguasai bahan ajar
2.
Kemampuan dalam mengelola kelas
3.
Kemampuan dalam menggunakan metode,media dan sumber belajar
4.
Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.
Sebagaimana yang dikutip oleh Dedi Supriadi (1998) dalam Jurnal Manajemen
Pendidikan memaparkan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut
memiliki 5 hal :
1.
Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
2.
Guru menguasai secara mendalam materi pelajaran yag diajarkannya serta cara
membelajarkannya kepada para siswa.
3.
Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik
evaluasi,mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4.
Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya.
5.
Guru seyogyanya merupakan
bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Disamping
itu, guru hendaknya juga memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi. Prinsip
motivasi agar siswa senang berada dalam lingkungan belajar, sehingga terbangun
kondisi psikis kemampuan diri yang membawa kepuasan belajar dan mengacu pada
percaya diri untuk menjadi mandiri dan secara bertanggung jawab dalam mengambil
keputusannya sendiri ( Conny Semiawan, 2002).
Menurut Muhibbin
Syah (2004) ada sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya
peningkatan keberhasilan pembelajaran,yaitu :
1.
Menguasai bahan yang meliputi :
a.
Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
b.
Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi.
2.
Mengelola program belajar mengajar yang meliputi :
a.
Merumuskan tujuan instruksional
b.
Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
c.
Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat
d.
Melaksanakan program belajar mengajar
e.
Mengenal kemampuan siswa
f.
Merencanakan dan melaksanakan remedial
3.
Mengelola kelas, meliputi :
a.
Mengatur tata ruang kelas
b.
Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
4.
Menggunakan media atau sumber belajar yag meliputi :
a.
Mengenal, memilih dan
menggunakan media
b.
Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
c.
Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar
d.
Mengembangkat laboratorium
e.
Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
f.
Menggunakan micro teaching unit dalam program pengalaman lapangan
5.
Menguasai landasan-landasan kependidikan
6.
Mengelola interaksi belajar mengajar
7.
Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
8.
Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan,meliputi:
a.
Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah.
b.
Menyelenggarakan program layaan dan bimbingan di sekolah.
9.
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah meliputi :
a.
Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
b.
Menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.
Jika disederhanakan penulis menyimpulkan,minimal 2 kemampuan yang harus
dimiliki serta dikuasai oleh seorang guru agar pembelajaran bisa berjalan
secara efektif dan bermakna yaitu :
1.
Menguasai Materi Pembelajaran.
Materi Pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
pembelajaran.
Ada
dua persoalan dalam penguasaan materi pelajaran yakni penguasaan materi
pelajaran pokok dan materi pelajaran pelengkap.Materi pelajaran pokok
adalahmateri pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru
sesuai dengan profesinya (disiplin ilmunya).Sedangkan materi pelajaran
pelengkap atau petunjang adalah materi pelajaran yang dapat membuka wawasan
seorang guru agar dalam membelajarkan dapat menunjang penyampaian materi
pelajaran pokok.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan materi pelajaran
yaitu :
a.
Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran
b.
Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan
perkembangan siswa secara umumnya
c.
Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan
berkesinambungan.
d.
Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat factual maupun
konseptual (Ibrahim dan Nana Syaodih 2003 )
2.
Menguasai Ilmu Mendidik
Beberapa hal
yang termasuk dalam kawasan ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang
guru,berikut ini :
a.
Ilmu tentang dasar-dasar pendidikan
b.
Ilmu tentang metode pembelajaran
c.
Ilmu tentang media
d.
Ilmu mengelola kelas
e.
Ilmu manajemen waktu
f.
Ilmu tentang karakteristik siswa
g.
Ilmu tentang evaluasi
h.
Ilmu-ilmu lain yang mendukung guru dalam mewujudkan tugas profesinya.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru diatas terpenuhi akan mengubah
peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis.Dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan,guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, innovator,
konselor, evaluator dan administrator ( Soewondo, 1972 dan Arifin, 2000)
C.
Pengertian
Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching
atau mengajar dan material atau bahan.
Menurut
University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage
last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and
sustaining an effective environment for learning.
Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan
mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.
Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu: Books can
be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they
cannot teach (Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan
sebagai bahan tertulis yang berbobot).
Dalam
website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan
seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun
secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga
secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Lebih
lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
1.
Pedoman bagi Guru yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
2.
Pedoman bagi Siswa yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
3.
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
(National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for
Competency Based Training).
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien
mengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio
(Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). Kedua
yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu
(Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm),
bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne
Abbildung). Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang menyangkut
berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar
(Tonbildschau),dan film/video.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk
belajar.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk belajar (Petunjuk
siswa/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Content atau isi materi
pembelajaran
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa
Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Respon atau balikan terhadap
hasil evaluasi
D.
Guru Perlu
Mengembangkan Bahan Ajar
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan
ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan
bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang
akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat
satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh
pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan
diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam
hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar
sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati
posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah
bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer
adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun
memperdalam isi kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun
sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang
bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai
sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun
penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat.
Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa,
internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum
cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi
siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu
maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang
dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah
alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll.
Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan
karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis,
karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal
yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan
ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa
sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran
yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk
menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut
abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu
dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar,
foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat
dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa,
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
E.
Tujuan dan
Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
1.
Tujuan
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a.
Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b.
Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku
teks yang terkadang sulit diperoleh.
c.
Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2.
Manfaat
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru
mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan
ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena
siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan
tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi
buku dan diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan
manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan
lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan mendapatkan
kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
F.
Prinsip
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip
pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1.
Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk
memahami yang abstrak
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan
dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di
lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa
diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal.
Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis
pasar lainnya.
2. Pengulangan akan memperkuat
pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami
suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan
bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya,
walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih
berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar
harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
3.
Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya
atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa
akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya
benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau
begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab
atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan
mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang
positif terhadap hasil kerja siswa.
4.
Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil
dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar.
Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian,
memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun
menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
5.
Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk
mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan
antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita
melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah
melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan
pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar,
anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
6.
Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang
perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu
perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi
tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian
pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu
perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai,
bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan
memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan.
Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam
pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya
sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu
yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
G.
Jenis Bahan
Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia
interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan
ajar berbasis web (web based learning materials). Selanjutnya pada makalah ini hanya akan
dibahas tentang bahan ajar cetak.
1. Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar
cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa
keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.
Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang
guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
b.
Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c.
Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d.
Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e.
Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f.
Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h.
Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku,
modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389,
handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah
disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi
dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara,
antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah
buku.
b.
Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran
dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara
misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman,
otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.
Menurut
kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of
paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku adalah
sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi
kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu
pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku
yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan
mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan
keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai
dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan
yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi
tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
c.
Modul
Modul
adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling
tidak tentang:
1)
Petunjuk belajar (Petunjuk
siswa/guru)
2)
Kompetensi yang akan dicapai
3)
Content atau isi materi
4)
Informasi pendukung
5)
Latihan-latihan
6)
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
7)
Evaluasi
8)
Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik
yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan
satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian
maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik,
disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan
ilustrasi.
d.
Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu
tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan
dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa
saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh
peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau
referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang
diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas
praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel
tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas
praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey
tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan
adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan
menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling
tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh
peserta didik.
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka
brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan
dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan
ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran
brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD
saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta
didik untuk menggunakannya.
f.
Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched
(Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran
yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya
leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan
bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet
sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik
untuk menguasai satu atau lebih KD.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar
wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart
didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran,
namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena
didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai
bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok
yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan
bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus
makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa
melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau
mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang
diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain
secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa
petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
·
Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan
informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak
mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
·
Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar
benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
·
Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya
diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi
yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.
H.
Kriteria dan
Sumber Bahan Ajar
1.
Kriteria materi Pelajaran
Materi
pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan
materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang
digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan.
Kriteria materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem intruksional dan
yang mendasari penentuan startegi belajar mengajar:
a.
Kriteria tujuan instruksional
Suatu
materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional
khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya
sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
b.
Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian
materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskan
secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan
yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.
c.
Relavan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan
siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang
dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya
sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh.
Beberapa aspek diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai, dan keterampilan.
d.
Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa
dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup
mandiri.
e.
Materi pelajaran mengandung
segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan dipilih
hendaknya memepertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan
dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah
mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik
sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.
f.
Materi pelajaran tersusun dalam
ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis
Setiap
materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya
dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan
dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa.
g.
Materi pelajaran bersumber dari buku
sumber yang baku, pribadi guru yang ahli dan masyarakat
Ketika
faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber yang
baku pada umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan
GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan.
Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang adalah guru itu sendiri.
2.
Sumber Bahan Ajar
Dalam
pembelajaran konvensional sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya
sumber materi pelajaran. Namun selain buku teks, guru seharusnya memanfaatkan
berbagai sumber belajar yang lain. sumber materi pelajaran yang dapat
dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.
Tempat atau lingkungan
Lingkungan
merupakan sumber yang sangat kaya sesuai dengan tuntunan kurikulum. Ada dua
bentuk lingkungan belajar, pertama, lingkungan atau tempat yang sengaja di
desain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, ruang internat,
dan lain sebagainya. Kedua, lingkungan yang tidak di desain untuk proses
pembelajaran tetapi keberadaannya dapat dimanfaatkan misalnya halaman sekolah,
taman sekolah, kantin, kamar mandi, mushola atau masjid, dan lain sebagainya.
Kedua bentuk lingkungan ini dapat dimanfaatkan oleh setiap guru karena memang
selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari materi
pembelajaran, juga dapat secara langsung dijadikan tempat belajar
siswa.
b.
Orang atau nara sumber
Pengetahuan
itu tidak statis akan tetapi bersifat dinamis yang terus berkembang secara
cepat oleh karena itu, kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak
sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Oleh karena itu,
untuk mempelajari konsep-konsep baru guru dapat menggunakan orang-orang yang
lebih menguasai persoalan misalnya dokter, polisi dan sebagainya.
c.
Objek
Objek
atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa
pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu.
d.
Bahan cetak dan non cetak
Bahan
cetak adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang disimpan dalam
berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya. Sedangkan
bahan ajar non cetak adalah informasi sebagai materi pelajaran, yang
disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik yang biasanya
berfungsi sebagai media pembelajaran misalnya dalam bentuk kaset, video,
komputer, CD, dll.
I.
Langkah-Langkah
Pemilihan Bahan Ajar
Sebelum
melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria
pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi
pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetnsi dasar. Hal ini berarti
bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak
dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan
ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar (Ghafur, 1986).
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Sebelum
menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasikan
aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau
dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar
kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran untuk membantu pencapaiannya (Ghafur, 1987).
2. Identifikasi
jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran
juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi
menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Reigeluth,
1987).
3. Memilih
jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru
akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi
tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, jenis materi pembelajaran memerlukan strategi
pembelajaran atau metode, media, dan system evaluasi atau penilaian yang
berbeda-beda.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan
diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi
yang harus kita ajarkan berupa fakta, konse, prinsip, prosedur, aspek sikap
atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk
mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama
suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta” .
a. Apakah kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa berupa kemampuan untu menyatakan suatu definisi,
menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa
contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya “ya” maka materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah “konsep” .
b. Apakah kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau
prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Kalau jawabannya “ya” maka materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah “prosedur” .
c. Apakah kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau
menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti
materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
d. Apakah kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar
pertimbangan baik buruk, suka atau tidak suka, indah atau tidak indah? Jika
jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek
afektif, sikap, atau nilai
e. Apakah kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya
“Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
J. Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar
Secara
garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu:
1. Strategi
penyampaian bahan ajar oleh guru
Strategi
penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya:
a. Strategi
urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi
pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian
simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian
diperdalam satu demi satu (Metode global);
b. Strategi
urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran
lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah
materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan
menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
c. Strategi
penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk
jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama
lambang atau simbol, dsb.),
d. Strategi
penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa
definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham,
dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,
menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan
konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan
bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk
mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes,
e. Strategi
penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis
prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
f. Strategi
penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat
melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan
suatu tugas secara urut.
2. Strategi
mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau
dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan
guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi
siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau
berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi
pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
a. Menghafal
(verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember
verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal
adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang
memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama
tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen
suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus
dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau
kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti,
misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides,
dsb.
b. Menggunakan/mengaplikasikan
(Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan
atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan
untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah
dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam
rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun
proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep
digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan
prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan
materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi
sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari.
Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan
pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
c. Menemukan.
Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan
masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat
tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya,
setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat
peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain,
setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa
dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan
air tanah.
d. Memilih di
sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di
sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih
membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu
lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak
terlambat, dsb.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Proses belajar yang efektif adalah
proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dalam rencana pembelajaran. Prosesnya tersebut adalah menjalakan
serangkaian komponen-komponen pembelajaran dari mulai tujuan, materi, metode,
dan evaluasi.
Proses pembelajaran adalah proses
mengkondisikan dimana siswa dapat belajar dan memperoleh sejumlah pengalaman
belajar. Pengalaman belajar berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Dengan demikian untuk memperoleh pengalaman belajar tersebut, maka seorang
tenaga pendidik perlu merancang bahan pembelajaran yang efektif agar siswa
memiliki pengalaman belajar yang diharapkan.
Bahan pembelajaran apapun yang
dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian kompetensi yang diinginkan.
Bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Jenis-jenis Bahan Ajar atau media pembelajarannya dibagi menjadi empat, yaitu:
Bahan ajar cetak (printed), Bahan ajar dengar (audio), Bahan ajar pandang
dengar (audio visual), Bahan ajar interaktif (interactive teaching material).
Kriteria materi pembelajaran terbagi
menjadi tujuh, yaitu: Kriteria tujuan instruksional, Materi pelajaran supaya
terjabar, Relavan dengan kebutuhan siswa, Kesesuaian dengan kondisi masyarakat,
Materi pelajaran mengandung segi-segi etik, Materi pelajaran tersusun dalam
ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis, Materi pelajaran bersumber
dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan.
2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Belawati, Tian. 2003. Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Ditjen Manajemen Dikdasmen.
Depdiknas. 2006. Pedoman
pemilihan bahan ajar.
Djamarah. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rinneka Cipta.
Gafur, A. 2004. Pedoman Penyusunan Materi
Pembelajaran (Instructional Material).
Jakarta: Depdiknas.
Harjanto. 2005. Perencanaan
Pembelajran. Jakarta: Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Offset.
Muhaimin, dkk. 2009. Pengembangan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.
Jakarta: Raja wali press.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Yang
Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurdin,
Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group.
Panen. 1997. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta:
Ditjen Dikti Depdikbud.
Sadiman, Arief Sukadi dkk. 1988. Beberapa Aspek
Pengembangan Sumber Belajar.
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Sanjaya, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Sungkono, dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP
UNY.
Zain, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
mantap makalahnya........
BalasHapus