BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di Indonesia di kenal juga dengan negara yang kaya dengan sumber daya
alam (SDA), serta berbagai macam tanaman seperti kacang hijau, kacang tanah dan
lain sebagainya.
Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Cahaya berperan penting dalam proses fisiologi tanaman,
terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Unsur radiasi matahari yang
penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya
penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya
yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu
rendah (Gardner, 1991).
Intensitas
cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang
terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa Intensitas cahaya
rendah menurunkan hasil kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas. Pengurangan
cahaya pada tanaman yang telah memperoleh cahaya, suhu dan kelembaban yang
optimum akan menyebabkan pengurangan pertumbuhan akar dan tanaman menunjukkan
gejala etiolasi (Williams dan Joseph, 1976).
Pertumbuhan pada
tanaman dapat dilihat dari makin besarnya suatu tanaman yang disebabkan oleh
jumlah sel yang bertambah banyak dan bertambah besar.dan bersifat tidak dapat
balik (irreversible). Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan.
Perkembangan adalah peristiwa biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan
dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan
tingkat kedewasaan (Gardner, 1991).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
dua proses yang berjalan secara simultan (pada waktu yang bersamaan).
Perbedaannya terletak pada faktor kuantitatif karena mudah diamati, yaitu perubahan jumlah dan ukuran. Sebaiknya
perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif karena perubahannya bersifat
fungsional (Gardner ,1991).
Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan masih hidup
dari persediaan makanan yang terdapat di dalam biji, yang dinamakan kecambah (plantula).
Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi. Masa dormansi
adalah berhentinya pertumbuhan pada tumbuhan dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Berakhirnya masa dormansi
ditandai dengan masuknya air dalam biji suatu tumbuhan, yang disebut dengan
proses imbibisi. Imibibisi ini terjadi karena karena penyerapan air akibat
potensial air yang rendah pada biji kacang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan
biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan
metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan.
Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau
kotiledon, dan nutriennutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang
tumbuh. Biji dapat berkecambah karena di dalamnya terdapat embrio atau lembaga
tumbuhan. Embrio atau lembaga tumbuhan mempunyai tiga bagian, yaitu
akar embaga/calon akar (radikula), daun lembaga (kotiledon),
dan bayang lembaga (kaulikulus) (Sutarmi, 1983).
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum morfologi tentang
bagian-bagian daun, yaitu:
1. mengenal organ vegetatif pada
kecambah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Perkecambahan
Pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin, dan akan dilengkapi
dengan keluarnya radikula di luar biji. Pembentukan biji telah di utarakan,
tetapi disini telah diuraikan periode yang di mulai dengan akhir perkecambahan
dan berakhir dengan semaian atau ipukan yang tidak bergantung pada akumulasi
makanan di dalam biji. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat yang
genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan ilmiah selama siklus
hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati (Tjitrosomo, 1994).
Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik yang sengaja ditanam
ataupun secara kebetulan tumbuh, merupakan faktor yang penting dalam perkecambahan.
Biji yang terdapat dipermukaan tidak memiliki persediaan air yang cukup untuk
melengkapi perkecambahannya. Jika terlalu dalam maka biji tidak jadi
berkecambah, atau mungkin menghabiskan persediaan makanan untuk menembus tanah
dan mendapat cahaya. Biji-biji besar, sebab berisi banyak makanan, dapat
ditanam lebih dalam daripada biji-biji yang kecil, sehingga dapat lebih banyak
suplai air yang uniform (Tjitrosomo, 1994).
Beberapa segi dalam perkecambahan biji menimbulkan problemma dalam
bidang hortokultur, pertanian, kehutanan, pemuliaan tanaman, pengendalian
gulma, dan erosi. Banyak sekali penyelidikan telah dijalankan mengenai
aktivitas, proses, dan keadaan yang berkaitan dengan perkembangbiakan tumbuhan
dengan biji (Tjitrosomo, 1994).
Kalau keadaan menguntungkan, penyerapan air oleh biji diikuti oleh
banyak kegiatan. Protoplasma mengalami rehidrasi dan enzim-enzimnya mulai
berfungsi. Zat pati diurai menjadi gula, lemak menjadi zat-zat yang dapat
dilarutkan, dan protein menjadi asam amino. Persediaan bahan-bahan ini
memungkinkan pembebasan energi oleh respirasi, translokasi bahan makanan ke
janin dan mulailah embrio bertumbuh (Rosanti, 2013).
Respirasi pada biji dorman lagi kering berlangsung teramat perlahan.
Mungkin juga respirasi berhenti pada biji-biji yang sama sekali kering tetapi
masih hidup. Membasahi biji-biji itu memungkinkan respirasi meningkat dengan
cepat, dan pada saat perkecambahan berlansung dengan baik maka laju respirasi
dapat menjadi ratusan kali. Pengaruh luar biasa hidrasi ini terhadap respirasi
merupakan sebab utama betapa amat pentingnya kelembaban rendah pada biji dan
padi-padian yang disimpan di gudang. Sebagai akibat meningkatnya kegiatan enzim
dan tersedianya bahan makanan serat energi pada biji yang berkecambah, maka
pemanjangan sel mulai dalam janin, dan perkecambahan tumbuhan baru yang telah
dimulai itu berlangsung lagi (Tjtrosomo, 1994).
B.
Faktor-faktor Lingkungan dan Perkecambahan
Keadaan tertentu dalam lingkungan yang
perlu bagi perkecambahan biji ialah, kelembaban, oksigen, dan suhu yang sesuai.
Selain itu, cahaya berpengaruh baik terhadap perkecambahan biji bagi spesies,
sedangkan pada yang lain peristiwa itu dihalangi oleh cahaya. Meskipun
demikian, pengaruh ada tidaknya cahaya dapat termodifikasi oleh faktor lain,
terutama temperatur (Tjitrosomo, 1994).
Biji-biji sebagian besar tumbnuhan,
bila masak, hanya berisi sedikit air, maka perkecambahan itu baru akan terjadi
setelah kulit biji, dan juga jaringan lain, telah menyerap air. Biji-biji
berbagai spesies berbeda keperluannya akan oksigen, tetapi oksigen biasanya
sangat perlu dalam perkecambahan. Beberapa biji tidak dapat berkecambah dalam
tanah basah atau yang berlumpur. Bila terangkat ke permukaan sewaktu pengolahan
tanah, maka biji-biji tersebut dapat berkecambah karena adanya aerasi yangn
lebih baik dan kadang-kadang karena pengaruh cahaya (Tjitrosomo, 1994).
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan
berbeda-beda bagi berbagai macam biji. Banyak biji yang berkecambah dalam
kisaran suhu yang luas. Batas suhu minimal 0oC, dan maksimal 65oC,
tetapi presentase perkecambahan biasanya amat sedikit jika suhu itu amat rendah
atau amat tinggi. Untuk sebagian besar tanaman budidaya suhu optimal itu antara
28oC–38oC, tetapi biji-biji tertentu seperti misalnya
ercis, selada, lobak, jelai, dan gandum dapat berkecambah pada suhu 14oC,
sebab itu dapat ditanam lebih awal dalam musim semi. Pada umumnya, biji-biji
tanaman budidaya musim dingin dapat harus ditanam segera setelah tanah dapat
dikerjakan. Jagung dan kacang, sabaiknya ditanam setelah pohon-pohon
mengeluarkan daunnya pada musim semi, sedangakan labu, mentimun, dan semangka
hanya ditanam setelah tanah hangat dan pada waktu tanaman tahunan berbunga
(Tjitrosomo, 1994).
Biji-biji kacang dan ercis tidak
mempunyai endosperma, maka suplai bahan makanan yang diberikan kepada semaian
(bibit tanaman) terakumulasi di dalam kotiledon. Pada kacang, sesudah keluarnya
radikula maka hipokotil memanjang dan menjadi lengkung. Apeks lengkung ini
adalah bagian pertama dari bibit tanaman yang keluar ke atas permukaan tanah.
Sewaktu apeks bertumbuh, hipokotil menjadi lurus dan mengangkat daun lembaga ke
atas dari tanah sementara itu, plumula, yang terdapat di antara kotiledon,
mulai bertumbuh dan membentuk daun sejati dan bagian batanga di atas kotiledon
(Tjitrosomo, 1994).
Kotiledon dan plumula pada kacang
tidak ditekan dari tanah tetapi ditarik keluar oleh pertumbuhan hipokotil, jadi
luka pada pucuk dapat dicegah. Cara pencegahan ini atau pun mekanisme lain yang
melindungi apeks batangnya merupakan hal yang biasa pada perkecambahan biji
(Tjitrosomo, 1994).
Bahan makanan yang ditampung dalam
kotiledon sedikit demi sedikit diuraikan dan dipindahkan ke tempat-tempat lain
pada bibit tanaman yang tumbuh dengan cepat. Kotiledo yang berdaging pada
kacang menjadi berwarna hijau karena cahaya, tetapi banyaknya bahan makanan
yang disintesis dapat diabaikan, karena bahan makanan yang terakumulasi itu
dipakai habis, sehingga secara berangsur menjadi kayu dan akhirnya jatuh
(Tjitrosomo, 1994).
Bahan makanan yang terkumpul pada
biji-biji terdapat pada endosperma, dan kegiatan utama kotiledon ialah
peruraian dan translokasi makanan cadangan ini untuk pertumbuhan bibit tanaman.
Pada perkecambahan jagung dan beberapa anggota famili rumput-rumputan,
butir-butirnya yang mengandung perisai atau scutelum dan sisa-sisa endosperma,
tetap tertinggal didalam tanah (Tjitrosomo, 1994).
Sistem perakaran primer, yang dibentuk
oleh radikula, tidak pernah menjadi besar dan dapat digunakan untuk sementara.
Akar-akar primer ini dilengkapi oleh sistem perakaran sekunder yang lebih kuat,
yang terbentuk dari buku-buku bawah dari batang. Buku-buku ini adalah bagian
dari plumula yang denagn demikian didorong menembus ke atas tanah pada waktu
perkecambahan, jika akar-akar sekunder timbul pada saat gerakan ini, maka dapat
dipastikan bahwa akar-akar tersebut akan rusak. Juga, daun-daun muda tumbuhan
rumput-rumputan tidak akan mampu mendorong tanah untuk keluar kecuali jika
tetap dilindungi oleh koleoptil. Mekanisme yang mengendalikan dan menggabungkan
berbagai perkembangan tersebut merupakan peristiwa yang menarik (Tjitrosomo,
1994).
Timbulnya tumbuhan rumput mudah
dihasilkan oleh memanjang mesokotil. Struktur ini dipandang sebagai kombinasi
antara hipokotil dan jaringan pada kotiledon yang mula-mula menghubungkan
skutelum dan koleoptil. Perpanjangan mesokotil ini bergantung pada suplai bebas
hormon tumbuh, yang biasanya bergerak ke bawah dari tempat pembentukan hormon
di ujung koleoptil. Kadar hormon itu sedemikian hingga cukup merangsang
pertumbuhan mesokotil, tetapi selalu tinggi sehingga menghambat pertumbuhan
plumula dan akar-akar sekunder (Tjitrosomo, 1994).
Menurut Tjitroepomo (2001), perkecambahan
dapat dibedakan dalam dua macam.
1. Perkecambahan di atas tanah (epigaeis),
yaitu jika pada perkecambahan, karena pembentangan ruas batang di bawah daun
lembaga, daun lembaganya lalu terangkat ke atas, muncul di atas tanah, misalnya
pada kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) daun lembaganya lalu berubah
warnanaya menjadi hijau, dapat digunakan untuk asimilasi, tetapi umurnya tidak
panjang, dan
2. Perkecambahan di bawah tanah (hypogaeis),
bila daun lembaga tetap tinggal di dalam kulit biji, dan tetap di dalam tanah,
seperti terdapat misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum L.)
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
Morfologi Tumbuhan mengenai Mengenal Organ Vegetatif Pada Kecambah dilaksanakan
pada hari Senin, 01 Desember 2014 pukul 10.30-12.10 WIB dan bertempat
pelaksanaan praktikum di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Raden Fatah Palembang.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat Praktikum
a. Buku catatan
b. Buku gambar
c. Alat tulis
d. Silet/cutter
e. Loupe
f. Pensil warna
g. Kapas
h. 4 gelas
plastik
2.
Bahan Praktikum
a.4 biji jagung
(Zea mays L), 4 biji kacang merah (Phaseorus vulgaris), 4 biji kacang
kedelai (Soya max piper) , 4 biji kacang hijau (Phaseorus
radiatus L)
d. Air
C.
Cara Kerja
1.
Diambil satu persatu biji yang telah disiapkan, dibelah, dan diamati kotiledon,
plumula dan radikula
2. Digambar
hasil pengamatan tersebut pada kertas gambar
3. Diberi
keterangan pada bagian-bagiannya
4.
Diambil biji yang baru untuk diletakkan di dalam gelas yang telah terisi oleh
kapas dan telah disiram dengan air
5. Diletakkan
biji tersebuit di dalam gelas plastik
6. Diamati dari
hari ke 1-5
7. Diberi
keterangan dari hari ke hari
8. Dipotong dan
digambar hasil pengamatan yang telah dilakukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Morfologi
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Biji kacang merah
(Phaseorus vulgaris)
|
a.
Pusar biji
b.
Tegma ( dalam)
c.
Testa (luar)
d.
Kotiledon
|
2
|
Biji kedelai
(Soya max piper)
|
a.
Pusar biji
b.
Tegma
c.
Testa
d.
Kotiledon (dikotil)
|
3
|
Biji kacang hijau
(Phaseopus radiatus L)
|
a.
Pusar biji
b.
Tegma (dalam)
c.
Testa (luar)
d.
Kotiledon (dikoti)
|
4
|
Biji jagung
(Zea mays L)
|
a.
Pusar biji
b.
Tegma (dalam)
c.
Endosperm (monokotil)
|
Tabel 2. Pengamatan anatomi
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Kacang merah
(Phaerus vulgaris)
|
a.
Epikotil
b.
Plumula
c.
Hipokotil
d.
Kotiledon
e.
Radikula (bakal akar)
f.
Pusar biji
|
2
|
Kacang kedelai
(soya max piper)
|
a.
Epikotil
b.
Plumula
c.
Hipokotil
d.
Kotiledon
e.
Radikula
f.
Pusar biji
|
3
|
Kacang hijau
(Phaseorus radiatus L)
|
a.
Epikotil
b.
Plumula
c.
Hipokotil
d.
Kotiledon
e.
Radikula
f.
Pusar biji
|
4
|
Jagung (Zea mays L)
|
a.
Epigeal
b.
Plumula
c.
Endosperm
d.
Radikula
e.
Pusar biji
|
Tabel 3. Pengamatan perkecambahan
Pengamatan
|
Pengamatan kecambah hari ke
|
Keterangan
|
|||
Pertama
|
Kedua
|
Ketiga
|
Keempat
|
Kelima
|
|
Mengalami masa dormansi
|
0,1 cm
|
Mulai terjadi pembelahan
|
Tumbuh 2,6 cm
|
Tumbuh 2,9 cm
|
a.
Kedelai (Soya max
piper)
b.
Perkecambanannya
adalah epigel
c.
Pertumbuhan dan
perkembangannya lambat
|
Mulai terlihat pertumbuhan 0,1 cm
|
Tumbuh 3,5 cm
|
Tumbuh 9 cm
|
Tumbuh 7,8 cm
|
Tuepigeal
Pertumbuhan mbuh 8,2 cm
|
a.
Kacang hijau (Phaseorus
radialis L)
b.
Perkembangannya adalah
epigeal
c.
Pertumbuhan dan
perkembangannya lebih cepat dari tanaman/biji yang lain
|
Mulai terjadi pembelahan dan sudah melalui masa dormansi
|
Tumbuh 1,5 cm
|
Tumbuh 1,9 cm
|
Tumbuh 3,6 cm
|
Tumbuh 7,5 cm
|
a.
Jagung Zea mays L)
b.
Perkecambahannya
adalah epigel
c.
Pertumbuhan dan
perkembangannya cepat setelah kacang tanah
|
Mengenal masa dormansi
|
Mulai terjadi pembelahan
|
Tumbuh 0,8 cm
|
Tumbuh 1,7 cm
|
Tumbuh 2,8 cm
|
Kacang merah (Phaelus vulgaris L)
a.
Perkembangannya adalah
epigeal
b.
Pertumbuhan dan
perkembangannya lambat,dari beberapa sampel biji kacang merah hanya beberapa
yang terdapat tumbuh
|
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
morfologi biji kacang merah (Phaseorus vulgaris), biji kedelai (Soya
max-piper), biji kacang hijau (Phaseorus radialis L.) terdapat pusar
biji, tegma, tegma dan testa. pada biji jagung (Zea mays L.) terdapat
pusar biji, tegma, testa, dan endosperm.
Pada
anatomi kacang merah (Phaseorus vulgaris), kacng kedelai (Soya max-piper),
kacang hijau (Soya max-piper), kacang hijau (Phaseorus radialis L)
terdapat epikotil, plumula, hipokotil, kotiledon, radikula dan pusar biji. Pada
biji jagung (Zea mays L) terdapat epigeal, plumula, endosperm, radikula
dan pusar biji.
Pada
pengamatan kecamabah hari pertama mengalami masa dormansi, mulai terlihat
pertumbuhan 0,7 cm, mulai terjadi pembelahan dan sudah melalui masa dormansi,
mengenali masa dormansi. Pada hari kedua mulai tumbuh 0,1 cm, tumbuh 3,5 cm,
tumbuh 1,5 cm dan mulai terjadi pembelahan. Pada hari ketiga mulai terjadi
pembelahan, tumbuh 9 cm, tumbuh 1,9 cm, tumbuh lagi 0,8 cm. Pada hari keempat
tumbuh 2,6 cm tumbuh 8,2 cm tumbuh 7,5 cm dan tumbuh lagi 2,8 cm. Pada hari
kelima tumbuh 29 cm, tumbuh 8,2 cm tumbuh 7,5 cm dan tumbuh lagi 2,8 cm.
Pada
kedelai (Soya max-piper) perkecambahannya dalah epigeal, pertumbuhan dan
perkembangannya lambat. Pada kacang hijau (Phaseorus radialis L.)
perkecambahannya adalah epigeal, pertumbuhan dan perkembangannya lebih cepat
dari tanaman/biji lain. Pada jagung (Zea mays L.) perkembangannya adalah
epigeal, pertumbuhan dan perkembangannya termasuk lambat, dari beberapa sampel
biji kacang merah hanya beberapa yang dapat tumbuh.
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan
dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam
biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan
berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi
batang dan daun
(Tjitrosoepomo, 2001).
Pertumbuhan proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible,
yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya
pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran sel
(pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur
menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang
hidupnya (Mulyani,
2006).
Perkembangan adalah suatu proses menuju keadaan yang lebih dewasa atau
terspesialisasinya sel-sel menuju ke struktur dan fungsi tertentu/proses
perubahan bentuk (morfogenesis). Perkembangan ditandai dengan adanya kemampuan
untuk berkembang biak. Perkembangan bersifat kualitatif, hanya bisa diukur dari
perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Tjitrosomo, 1994).
Menrut Tjitrosoepomo (2001), Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam tipe
perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal.
a.
Perkecambahan Hipogeal
Terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang
menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah.
Kotiledon tetap berada di dalam tanah.
b.
Perkecambahan Epigeal
Terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang menyebabkan plumula dan
kotiledon terdorong ke permukaan tanah. Kotiledon berada di atas tanah.
Kacang hijau (Phaseorus
radialis L) Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian
sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Warna batang
dancabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu. Daunnya trifoliate (terdiridari
tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang,lebih
panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua. Bunga kacang
hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar padacabang serta batang,
dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berebentuk silindris
dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda
polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat.
Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacanghijau lebih kecil dibanding biji
kacang-kacangan lain. Warna bijinyakebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap,
beberapa ada yang berwarnakuning, cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau
berakar tunggangdengan akar cabang pada permukaan (Tjitrosomo, 1994)
Biji kedelai (Soya max-piper)
berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan
endospperma. Embrio terletak di antara keping biji.Warna kulit biji kuning,
hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji
melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelaiumumnya bulat lonjong tetapai ada
pula yang bundar atau bulat agak pipih. Tanaman kedelai mempunyai
akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping
(horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun,
akar akan berkembanglebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air.
Pertumbuhan kesamping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120
cm.Kedelai berbatang dengan tinggi 30±100 cm. Batang dapat membentuk 3-6
cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang,atau
tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapatdibedakan menjadi
terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate),dan
setengah terbatas (semi-indeterminate)
Biji jagung (Zea mays L) kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada
padaendospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya
berupacampuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian
besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahansebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung
amilopektinlebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa
(Sutarmi, 1983).
Menurut Sutarmi (1983), kacang merah
merupakan salah satu jenis polong-polongan
yang banyak dikonsumsi masyarakat dunia. Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting
tanaman kacang merah adalah sebagai berikut :
a. Akar tanaman, Perakarannya menjalar 1,5-2 m ke dalam tanah.
b. Batang berupa Tanaman
semusim atau terkadang menahun, forma yang menyemak tumbuh hingga 30 - 60 cm.
c. Daun-daun majemuk beranak daun tiga, dengan anak daun bundar terus melancip, 5 - 19 cm x 3 - 11 cm.
d. Bunga dengan Perbungaan berupa tandan di ketiak, panjang hingga 15 cm, dengan banyak buku dan kuntum bunga, daun
pelindung (brakteola) tidak rontok. Bunga relatif kecil dengan kelopak bentuk lonceng, mahkota 0,7 - 1,0 cm, dengan bendera bentuk tudung, hijau pucat atau
ungu, sayapnya putih atau ungu, tunasnya terlipat tajam, putih atau
kadang-kadang berwarna. Benang sari 10 helai dalam dua tukal. Polongan bentuk lonjong, 5 - 12 cm x 2,5 cm, biasanya melengkung, kadang-kadang
dengan ujung serupa kail, berbiji 2 – 4 buah, dan
e. Biji bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan warna, bentuk ginjal, belah ketupat, atau bundar, warna seragam, bebercak atau berbintik,
putih, hijau, kuning, cokelat, merah, hitam, atau ungu, acap dengan garis-garis
yang memencar dari hilum.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
percobaan yang kami lakukan dapat kami simpulan bahwa:
1. perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau
munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat
perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar,
selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun,/;
2. pada morfologi kacang merah (Phaseorus vulgaris), biji
kedelai (Soya max piper), dan kacang hijau (Phaseorus radialis L)
terdapat pusar biji, tegma, testa dan kotiledon. Pada biji jagung (Zea mays L)
terdapat pusar biji, tegma, dan endosperm, dan/;
3. pada anatomi kacang merah (Phaseorus vulgaris), kacang
kedelai (Soya max piper), dan kacang hijau (Phaseorus radialis L)
terdapat plumula, epikotil, kotiledon, hipokotil, radikula dan pusar
biji. Pada biji jagung (Zea mays L) terdapat epigeal, plumula,
endosperm, radikula, dan pusar biji.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner P, dkk.
1991. Physiology of crop plants. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mulyani,
Sri. 2006.Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisus.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Sasmitamihardja
D,SiregarA (1996)Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Sutarmi,
S.1983. Botani Umum Jilid II. Bandung: Angkasa.
Tjitrosoepomo,
G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Tjitrosomo, G. 1994. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: UGM Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar